Fakta Seputar Pemilu Indonesia 2019

Fakta Seputar Pemilu Indonesia 2019

Fakta Seputar Pemilu Indonesia 2019 – Indonesia baru saja melewati suasana “panas”, khususnya di bidang politik. Pada tahun 2019, Indonesia menggelar pemilihan umum yang dilaksanakan setiap lima tahun sekali untuk memilih pemimpin bagi negara ini.

Pada tahun tersebut, masyarakat Indonesia, tidak hanya penduduk kota-kota ternama di Indonesia tetapi juga di daerah lain, memilih baik pemilihan presiden maupun legislatif. Itu terjadi pada 17 April 2019.

Ada fakta unik dan berbeda seputar pemilu Indonesia 2019 yang perlu Anda ketahui.

1. Menyelenggarakan pemilu legislatif dan presiden serentak dalam satu hari.

Sejak tahun 2004 hingga pemilu 2014 sebelumnya, fakta tentang pemerintah Indonesia menyatakan Indonesia menyelenggarakan pemilihan umum legislatif untuk anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia (DPR) tiga bulan sebelumnya. pemilihan presiden. hari88

Namun, di Pemilu 2019, pemilu tersebut digelar bersamaan dalam satu hari!

The Lowy Institute, sebuah think tank independen yang berbasis di Sydney, Australia, menyatakan bahwa pemilu Indonesia 2019 ini adalah “salah satu pemilu satu hari paling rumit dalam sejarah global”.

2. Meningkatnya anggaran pemilu.

Dipengaruhi pemilu satu hari, alokasi anggarannya mencapai Rp 25,59 triliun.

Jumlah tersebut tumbuh signifikan hingga mencapai Rp1,49 triliun dibandingkan pemilu sebelumnya pada tahun 2014 yang mencapai Rp24,1 triliun.

Jumlah uang ini digunakan untuk tiga kategori yaitu kegiatan pendukung seperti keamanan, pelaksanaan, dan pengawasan.

Namun, Direktur Jenderal Anggaran Askolani menginformasikan bahwa pemilu ini digabung, efektif memangkas biaya ganda ketika pemilu digelar terpisah.

Beberapa anggaran yang hemat biaya digunakan untuk saksi dan kotak suara.

3. Jutaan pemilih.

Komisi Pemilihan Umum mengumumkan pemilih lebih dari 192 juta orang. Di antara orang-orang itu, 3.500 pemilih mengalami masalah kesehatan mental.

Sekitar 80 juta, 40 persen dari pemilih yang memenuhi syarat, adalah generasi Milenial atau orang berusia 17 hingga 35 tahun.

Sudah saatnya anak muda menentukan masa depan melalui pilihannya di pemilu 2019.

Pada pemilu kali ini, pemenang pilpres Joko Widodo menciptakan sejarah baru dalam pemilu Indonesia.

Jumlah pemilihnya, 85 juta orang, melebihi presiden sebelumnya, Susilo Bambang Yudhoyono yang “hanya” memperoleh 73 juta pemilih pada pemilu 2009.

4. Kompetisi kedua Jokowi dan Prabowo.

Salah satu fakta pemilu Indonesia 2019 adalah pertarungan kedua antara Joko Widodo dan Prabowo Subianto.

Mereka bertemu pada pemilu sebelumnya, 2014, dan Jokowi terpilih oleh rakyat menjadi orang pertama di Indonesia untuk 2014 hingga 2019.

Joko Widodo (Jokowi) yang telah membuat sejarah pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi lebih baik, didampingi oleh Ma’ruf Amin, seorang ulama berpengaruh di Indonesia yang merupakan ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan senior Nahdlatul Ulama, sebuah organisasi Islam besar, dalam mencalonkan diri untuk pemilihan presiden.

Keputusan Jokowi untuk memilih Ma’ruf Amin sebagai wakil presiden mengejutkan banyak orang di Indonesia karena Ma’ruf Amin berperan penting dalam protes jatuhnya Ahok, pasangan Jokowi sebelumnya saat menjadi Gubernur Jakarta, yang juga salah satunya. dari orang-orang paling populer di Indonesia.

Prabowo Subianto populer karena warisan politik dari elit politik tradisional karena ia menikah dengan putri presiden kedua Indonesia, Jenderal Suharto.

Berbeda dengan Jokowi yang memilih ulama, Prabowo memilih Sandiaga Uno, salah satu orang terkaya di Indonesia yang juga seorang politikus muda, sebagai pasangan calon wakil presiden.

5. Enam belas partai berkompetisi.

Enam belas partai, termasuk empat partai baru – Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Partai Berkarya, Partai Garuda, dan Perindo – berlomba-lomba merebut hati masyarakat.

Lima partai yang memperoleh persentase pemilih terbesar dalam pemilihan DPR adalah PDI-P yang menempati urutan pertama dengan 19,33%, Gerindra di urutan kedua dengan 12,57%, disusul Golkar dengan 12,31%.

Kemudian Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan 9,69%, kemudian Partai Nasdem 9,05%, dan terakhir Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dengan 8,21%.

Partai Jokowi, PDI-P, dan Partai Prabowo, Gerindra, menempati urutan pertama dan kedua.

6. Memerangi hoax.

Organisasi Indonesia yang memberantas berita bohong, Mafindo, menyebutkan ada 61 persen disinformasi politik dan berita bohong atau hoax dari Desember 2018 hingga Januari 2019.

Mayoritas berita palsu tersebut terutama difokuskan pada informasi yang salah tentang posisi Jokowi. Dikatakan bahwa Jokowi mengubah dirinya menjadi seorang Kristen, atau dia mengklaim sebagai keturunan Tionghoa dan komunis.

Tampaknya ini bukan drama politik yang lain, tetapi fakta tentang agama di Indonesia menunjukkan bahwa Indonesia memiliki lebih dari itu 80 persen umat Islam meskipun bukan agama resmi negara dan pernah mengalami peristiwa traumatis tentang komunisme pada tahun 1965.

Oleh karena itu, hoaks yang disebut-sebut merupakan isu sensitif karena terkait erat dengan ideologi dan mayoritas agama di Indonesia.